Minggu, 08 Januari 2012

AIR MATA PENANTIANKU.....

AIR MATA PENANTIANKU. . . .
Oleh : Faozah Nurlela (ozah_cute01@yahoo.com)*

 Kisah ini terukir saat bahagia berbalut pilu bergejolak dalam dada berkecamuk dalam hati. . . seakan jantung ini ikut dipermainkan oleh sebuah rasa cinta, kagum, pilu, dan ketidak berdayaan seorang wanita. . . mengantar kepergianmu adalah hal tersulit dalam kehidupanku. . . satu hal tersulit bagi hidupku justru sebuah kunci sukses dalam hidupmu kelak. . .
YAMAN. . . Sejauh itukah kan kau langkahkan kakimu kini. . . tanpa tau gejolak rasa yang berkecamuk dalam dada. . . jauh dalam fikiranku. . . tak dapat ku gambarkan setitik kisah, apa yang akan terjadi nanti. . .??!  Saat janji tertuang dalam sebuah kata-kata dihadapanku dan keluargaku. . .
“tunggu aku........ akan ku tuntaskan studyku, dan kembali untuk meminangmu.....!!!” katanya mantap dengan sorot matanya yang tajam penuh keyakinan.
Tak sepatah kata terucap dari mulut ini seakan lidah ini terpaku, kupegang tangannya hangat penuh erat tak ingin sedetik saja terlepas. Mata ini terus meleleh menitikkan tangis kepergiannya, menatapnya hilang dari kejauhan, sisakan titik kecil di angkasa yang kemudian hilang terhembus angin. . . inilah setitik awal penantianku. . .
“sudah sebaiknya kita pulang ALISYA. . . tak baik berlama-lama disini berkeluh kesah, sedang ia tak ada lagi disini. . .!!! ayo kita pulang sayang, doakan saja, sukses akan ia raih kelak. . .!!”  ibukupun membawa masuk diriku menuju mobil menyisakan sebuah nama dalam hati DZIKRUL. . . nama yang akan selalu ada dalam detik penantianku.
***
Tak sedikitpun kabar yang dapat ku terima, dari sekian hitungan waktu yang terus berlalu begitu saja. Matakupun sepi menerobos dari balik kaca menatap sekeliling sepi dalam gelapnya malam, tak satupun message yang masuk pada inbox kecil yang terselip diponselku. . . ku tatap fotonya pilu tak ada jawaban hanya menambah gejolak rindu yang terus membara-bara, lamunankupun terus menerobos dalam asa mencari kisah-kisah yang telah lalu mengukir sedikit senyum yang merekah kecil dibibirku menemani sepiku dimalam ini.
Waktu terus berputar larutpun terus membungkam kedalam asa, ku hembuskan nafasku dalam, menahan lelah terselip dalam dada. . .  penantianku yang tak berujung. . . penantianku yang tek terarah. . . terus dan terus menunggu tanpa sedikitpun kabar datang mencoba tuk mengobati.
***
Musim tak selamanya dingin. . . daun tak selamanya indah. . . hatiku seakan rapuh dimakan waktu. . . sunyiku dalam keramaian, sepiku dalam kesendirian, bertabur rindu penuh hasrat ketika tahun terus berganti menerobos waktu. . .
Sejenak ku coba hilangkan penat dalam hati dan fikiranku, membebaskan diri dari belenggu jiwa yang menghujam.
“Bu. . .  Alisya pergi dulu yah… ! tatap ku sendu dalam asa.
“Hendak kemana engkau pergi sayang?!” Hangat tangannya masih membelai lembut jemariku.
“Alisya ingin pergi untuk silaturrahmi Bu. . . sudah lama Alisya gak main ke pesantren. . . malu Bu sama guru-guru, nanti dikira Alisya sombong. . .” jelasku menatapnya hangat.
“ouwh. . . !!! hati-hati kalau begitu!!” singkat katanya mengakhiri untaian kata saat itu.
***
“nenk. . . nenk Alisya. . . assalamualaikum. . . gimana atuh kabarnya nenk?!” suara itu menyapa ku kali pertama ku injakkan kembali kaki ini di pesantren, tempat dimana nama itu ku kenal DZIKRUL. . . .
“walaikumsalam. . . baik Alhamdulillah ustadz” jawabku saat ku tolehkan wajahku dalam hentian langkah kakiku.

Canda terurai dalam kata, mengukir kembali kisah-kisah yang telah lalu, senyum merekah dibibir saja kala canda berbalut hangat.
“hehe. . . pak ustad inget aja nih. . .!!!” celetukku singkat.
“iya donk. . . sapa lagi atuh santri yang suka nangis minta izin pulang kalau bukan kamu. . . .!!!” ucapnya mengulang perkataan.
“oia. . . afwan ney Alisya, ustadz mo tanya. . .!!!” katanya memulai, namun sedikit ragu terselip dari raut wajahnya.
“ia, sok atuh tadz. . . mo nanya apa. . .?!” singkatku mempersilahkan.
“afwan ney Alisya. . . ustadz mau sedikit nanya tentang Alisya dan Dzikrul sekarang. . .!!”
Sedikit hatikupun bergejolak menahan rasa.
“afwan ya Alisya. . . katanya Dzikrul mau nikah yah??!”
Akupun terpaku tak berkedip menahan gejolak rasa dalam dada, tanya ku sepi dalam asa (DZIKRUL. . . . sudahkah kini kau siap datang untuk meminangku???!)
“enggak. . . enggak kok tadz masih lama. . . kata siapa juga lagi. . .??!” jawabku terperanjat kaget terselip kebahagiaan.
“bukan-bukan. . . maksudnya, katanya Dzikrul mau nikah tapi banyak orang bilang bukan sama kamu. . .! itu bener ga. . .?!”
Matakupun menyeruak dalam kekosongan batin seakan tajamnya pedang Fir’aun menghunus ragaku menusuk hatiku sangat-sangat dalam, merobek-robek kulitku menggerogoti jantung, meluapkan amarah, memecah tangis dalam lara. .  . namun langkahku terus berjalan walau getarannya melumpuhkan raga.
Sepiku dalam keheningan menerobos imajinasi yang terus membuncah. Beribu pertanyaan menyeruak dalam dada, benarkah itu. . .??? benarkah itu. . .??? semudah itukah. . .???  kau acuhkan ku dalam penantianku!!!! Kau tinggalkan aku dalam sebuah janji keyakinanmu!!! Kau kubur aku dalam ketidak berdayaanku hidup-hidup saat ini!!! Dimana janji diatas penantianku itu. . . .????!!
***
Akupun tak goyah dalam pijakanku begitu saja. . . tak padam dalam penglihatanku. . . memastikan semua kabar yang tersurat dilayar komputerku, ku cari dan terus ku cari semua berita yang tersebar, ku konfirmasikan semua data yang ada, waktu terus ku terobos dengan langkah kaki penuh gejolak.
Malampun kembali pekat laksana rembulan datang terangi setiap pojok kegelapan, berhembuskan dinginnya angin yang menerobos memasuki jendela kaca yang terbuka lebar.
Tersadarkan ku dari lamunanku satu email pun masuk dalam layar komputerku tertanda NIZAM. . . seorang pelajar yaman yang diberangkatkan pada tahun yang sama bersama dzikrul. . .

Judul   : _
Isi       : assalamualaikum ya ikhwati from indunisiy. . .
          Tak banyak kabar yang dapat aku sampaikan, namun dari data yang telah ada,
          Dzikrul telah menyelesaikan studynya jauh empat bulan yang lalu dan dua minggu kemudian setelah kedatangannya, ia melangsungkan pernikahannya dengan wanita muda berusia 15 tahun, wanita cantik yang telah menyelesaikan sekolah paket dan hifdzul Qurannya di Indonesia. . .  hubungan ini terikat atas permintaan orang tua wanita yang meminta Dzikrul untuk menjadi menantunya, setelah ia menyelesaikan Study nya.

Matakupun menyeruak kaget terperanjat perih. . . . . . . . tak dapat terbendung lagi lautan tangis yang meluap-luap. . . gejolak emosi yang mencabik-cabik. . . DZIKRUL. . .???! Benarkah itu????? Fana ku rasa bagai bentangan padang pasir penuh debu kerikil, tak ada satupun yang dapat sejukkan hati ini sesaat. . .
Apakah arti dan maksud dari penantianku selama ini. . .????? kekecewaanku penuh redam, terombang-ambing ombak dilautan lepas. . . hela nafasku seakan tak ada artinya lagi bagiku. . .
***
Putusku dalam asa tak terpungkiri lagi. . . menatap kedua orang tuaku yang ikut merasakan kepahitan ku saat ini, gejolak kecewa, kebencian belum habis dalam raut wajahnya, setelah untaian kata ku ucapkan di malam itu. . .
Apakah arti keluarga ku saat itu di matamu. . . saat dimana keluargaku mengantarkan kepergianmu penuh haru kebanggaan. Betapa bodohnya diri ini menjaga penantianku selama ini. . . betapa tak bergunanya lagi hidup ini. . . rasa penuh amarah, kecemburuan, kekesalan, kebencian menutup otak dan kalbuku.
Kau yang ku cinta jauh melukaiku. . . kau yang ku tunggu jauh meninggalkanku. . . kau yang ku sayang jauh mencampakkanku. . . aku yang terbuang dalam detik penantianku. . .
***
Saat ini langit mendung, rintikan hujan perlahan jatuh membasahi. . . hembusan angin lembut perlahan membelai raga ini yang masih saja terdiam dalam lamunan. . . mencoba tuk terus bangkit dalam ketidak berdayaan yang lalu-lalu. . .
Kulihat sekeliling sepi hanya satu suara yang terdengar begitu saja dari inbox ponselku, terselip satu nomor baru yang tak ku kenali.


Assalamualaikum. . .
Untuk alisya terkasih. . . wahai wanita yang lembut hatinya. . . dalam kataku ku uraikan beribu-ribu maaf maaf untuk mu. . . beribu hilafku padamu, begitu bodohnya diri ini mengucap janji!! Dan mungkin kini kau telah tahu bagaimana keadaanku saat ini, tak ada kata lain yang dapat ku ucapkan selain kata maafku untuk mu, kecuali kau dapat bersedia menjadi istri keduaku tuk dapat menebus janji-janjiku yang telah terucap. . .

Belum kering lukaku disini, namun kau taburkan garam begitu saja dengan mudahnya. . . tidakkah sedikitpun kau pernah berfikir. . .???? tidakkah sedikitpun kau menyadari. . .??? tidakkah pernah sedikitpun kau coba tuk merasakan. . .????
Semudah itukah kau ucapkan kata itu. . . setelah sekian lama derita penantianku ini, dengan mudahnya kau tawarkan istri kedua pada diri ini. . . begitu bodohnyakah dirimu. . . dan begitu hinanyakah diri ini di matamu. . .
Cukup. . . cukupkan aku pada detik ini. . . bahwa kau adalah orang yang salah untuk diriku. . . tak ada gunanya lagi tangis yang ku kucurkan di hadapanmu, kau bukanlah segalanya dalam hidup ini.
***
Heningku bersimpuh di gelapnya malam, seakan lama diri ini tak pernah mengingatmu Tuhan. . . tangisku pecah dalam kesendirian. . .

Tuhan. . .
Pintaku dilarutnya mala ini,
Hapus semua kebencianku padanya. . .
Hapus semua rasa cintaku yang teramat sangat, padanya. . .
Cukupkan cinta ini hanya untu-Mu,
Ya Raab. . .
Rengkuh aku dalam kelembutan kasih sayang-Mu,
Di saat hati ini rapuh dan tak terarah. . .
Yakinkan hati ini,
Semua takdirku, jodohku. . . hidupku. . . Kaulah yang menghendakinya. . .
Aku hanyalah hamba-Mu yang penuh hilaf dan dosa,
Amiin. . . ya Mujibatuddu’a. . .

Pecahku dalam tangis, berharap semuanya akan baik-baik saja. . .
***

*Penulis adalah alumni SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang