Jumat, 13 Januari 2012

SEBUAH RASA YANG TERPENDAM

SEBUAH RASA YANG TERPENDAM
Oleh : Faozah Nurlaela 
 

Haripun masih senja, ku basuh wajahku dengan berbalut doa, menanti akan seruan-seruan yang memanggil setiap jiwa santri yang ada.

“ To all student of Annidyah Islamic college please come to the mosque for praying ashar together.”

Suara itu pun mengisi setiap ruangan yang ada. . . . menggugah setiap jiwa yang bernafas.

“ Nur Nurbaiti. . . .” Suara itu menggelayut lembut menghampiri ku, ku arah kan wajahku tuk sampaikan isyarat ku.
“ Nurbaiti. . . . Kita berangkat duluan ke masjid yuk !!! “ Sahabat ku Aisyah di asrama, menghampiri ku.

Ku langkahkan kaki ku ke haribaan Nya, tuk curahkan segala isi hati ku, ku tumpahkan segala rasa yang tak menentu, yang hingga kini terpendam. . . . ku pejamkan mata ku dalam . . . . saat ku bersujud, bersimpuh, mengharap akan segala rohim Nya yang di beri . . . .
Tuhan. . . . Kini hatiku rapuh . . . terpenjara dalam jeruji cinta, itu yang selalu membuat ku nista, yang hingga kini selalu melupakan Mu. Namun ku coba tuk bertahan, tak acuhkan sebuah rasa yang mengugah jiwa, karna di hati tertanam, ku tak akan menyentuh cinta saat ku masih menimba ilmu.

***
Aku pun berjalan menaiki tangga, melangkahkan kakiku tuk menuju kelas, namun. . . . Sesaat . . . .

“ Nur. . . Nurbaiti. . . . !!! “ Suara itu lembut mendayu di telinga ku, menggetarkan seluruh organ dalam tubuh ku, suara yang sangat ku kenali, suara yang selalu membuat ku tak berdaya di buatnya, seakan hati ini rapuh. . .
Tanpa ragu aku pun berbalik kepadanya, sesosok laki-laki yang sangat berwibawa dengan wajah yang meneduhkan hati, kini berdiri di hadapan ku.
“Nur. . . Sampaikan salam saya kepada teman-teman mu, besok kita latihan praktik kitab fiqih yang kemarin telah di artikan dan di jelaskan, yach! “ jelasnya.
“ Tapi… Ustad Rizal, kita kan masih punya satu materi lagi yang belum di selesaikan !!” Ku coba mengelak walau segan.
“Ussttt… diam … taat dan lakukanlah, cobalah bersifat tawadu ! “ Ia pun berlalu dari hadapan ku, bersama angin yang berhembus.

Kini aku pun hanya terdiam… suara itu membuat hati ini membeku, membuat hati ini tak bisa untuk berontak, dangan segala sikapnya, tutur katanya yang lembut, membuat hati ini selalu merasa bangga untuk memiliki guru seperti itu.
Tuhan… jika engkau menghendaki, jadikanlah kelak ia halal bagi ku.

***
Sunyi sepi yang ku rasa. . . .  menyelimuti hati di pagi ini, sejuknya angin menggetarkan roma ini. . . . hffffffff’ desahku dalam.

“ Assalamualaikum..!!! “ Tiba-tiba suara itu datang memecahkan rasa sepi yang ada menyusup dalam jiwa, mengisi setiap pojok kelas yang sunyi.
“ Waalaikumsalam ..!!! “ Aku dan teman-teman ku menjawabnya dengan serempak.
“ Sebelum kita mulai praktik fiqih hari ini, saya harap semua buku dan kitab  di rapihkan dan di masukkan kedalam laci, usahakan untuk menciptakan suasana tenang !“ katanya penuh arti.
Ia pun mulai mengabsen dan menguji satu-persatu dari setiap santri yang ada.

“ Nurbaiti !! “ sesaat namaku pun terpanggil.
Satu. . . . dua. . . . tiga. . . . materi pun aku lewati dengan mudahnya.
“ Gimana. . . .???!! Mudahkan materinya. . . . ???! “ Tanyanya lembut menatapku !!!
“ Duh… susah ustad. . . .!!! “ jawab ku was-was.
“ Ko susah…??? Kan sudah di bahas kemarin !!! “ Jawabnya tertahan.

Aku pun kembali duduk dibangku ku, menatapnya sesaat dengan senyum yang tersembunyi.

“ Kalian lupa yach. . . .???!!! Saya kan sudah sering bilang sama kalian, itu yang rambut poninya kelihatan pakai dalaman kerudungnya, yang kerudungannya masih carang pakai kerudungannya yang tebal, dan gak usah ngelipet lengan baju tinggi-tinggi, mana praktek fiqihnya???!!! Jangan hanya belajar!!! “

Itulah pesan-pesan yang selalu mengisi hari-hari ku dan teman-teman di saat belajar. Teman-teman pun dengan serempak membenahi dan memegang kerudung mereka serta menurunkan lengan baju yang tergulung tinggi dengan latahnya.
Ku sunggingkan senyum lucu ku, menahan rasa yang menggelitik hati ku.

“ Kalian tahu gak sih??!!! Sebaik-baiknya wanita itu harus bisa menjaga auratnya masing-masing, karna Allah berjanji, barang siapa yang menjaga auratnya kelak akan di jaga oleh Allah, karna keindahan yang nampak pada diri kalian itu, adalah sesuatu yang telah terjaga dan tertanam di dalam hati-hati kalian!! “ Lanjutnya.

Itulah yang selalu membuat ku dan teman-teman merasa bangga memiliki guru seperti itu, yang selalu membuat hati ini merasa tenang, damai dan tentram tak bisa berontak. Yang selalu membuat hati ini ingin memilikinya. . . . .

***
“ Nur…Nurbaiti, makanan-makanan yang sudah siap, tolong cepat di rapihkan di atas meja prasmanan soalnya sebentar lagi Kyai datang dan para Ustadz dan Ustadzah  akan mulai meetingnya!! “ Perintah Ustadzah bagian kepala rumah tangga kepesantrenan pada ku.
Aku pun segera melangkahkan kaki ku dan mengayunkan tangan ku tuk menata hidangan yang telah siap, sesaat mata ku pun tertuju dengan sesosok bayangan yang melintas begitu saja di hadapan ku. Aku pun mencoba kesempatan untuk mencari sesosok bayangan itu, bayangan yang sangat ku kenali ku arah kan pandangan ku ke sebuah ruangan yang di penuhi para ustadz dan ustadzah, aku pun hanya bisa diam menatapnya dari kejauhan, Sesosok yang ku kira, benar. . . . sesosok yang kini duduk bersandar disamping tiang membuatku tak bisa tuk palingkan wajah ku, namun. . . .

“ Nurbaiti, kamu jaga di prasmanan ustadzah ya…!!! Biar nanti ustadzah panggil santri putra tuk menjaga prasmanan ustadnya!!! “

Aku pun hanya bisa diam, menjalani waktu yang terus berputar, menatapnya sepi dari jauh.

***
Hari pun masih nampak kelabu, karna sang raja siang tak ingin nampakkan wujudnya, aku pun masih berdiri diatas balkon kelasku, menatap langit gelap yang membentang luas, sunyi. . . .sepi. . . . ku rasa. . . .
“ Nur. . . .!!! “ tiba-tiba suara itu datang menghampiriku, menusuk hatiku semakin dalam, selambat angin yang berhembus ku balikan wajah ku melawan arah.
“ Nurbaiti. . . . besok saya harus pergi!! “ katanya tertahan, berhenti sejenak.

Harus pergi. . . . dengan mudahnya ia katakan kata itu di depan ku, tidakah ia tahu?? Tidakah ia mengerti ?? tidakah sedikit pun ia merasa?? Dangan sebuah rasa yang hingga kini terpendam, dengan sebuah rasa yang hingga kini mengusik ku, dengan sebuah rasa yang hingga kini tak terarah. . . . mengapa kau ingin pergi di saat hati ini butuh ?? di saat hati ini ingin memiliki ??? haruskah aku melompat dihadapan mu???!!!! Dan berkata. . . . Cobalah untuk mengerti dengan sebuah rasa yang tak terarah, dengan sebuah rasa yang hingga kini mengusik ku, tidakah kau ingin melepaskan ku dari sebuah jeruji cinta yang membelenggu.

“ Nurbaiti. . . . saya harap besok kamu datang illal idaroh, ada yang harus saya katakan!! “ katanya lepas, berlalu meninggalkan ku, aku pun menatapnya sepi. . . . dan terus menjauh dari sisi. . . .

***
Pagi yang begitu cerah namun tak secerah hatiku yang kini semakin pilu, bingung dengan apa yang harus aku perbuat, bingung dangan apa yang hingga kini ku rasakan, ku coba tuk abaikan rasa ini untuk menemuinya, walau hati ini terasa semakin sakit, walau hati ini semakin menjerit, dan teriris, namun… sungguh hati ini tak kuasa.
Tuhan… kini aku semakin bingung dengan apa yang seharusnya aku lakukan !!!
Pagipun terganti sore, aku pun mencoba bangkit dari kamar ku, ku langkahkan kakiku untuk menemuinya, aku pun berjalan menaiki tangga, ku hela nafasku dalam-dalam, berharap semua akan baik-baik saja.

“ Assalamualaikum. . . .!!! “ salam ku membuka pintu ku arahkan pandanganku pada sesosok orang yang duduk membelakangiku.
“ Waalaikumsalam..!!! “ jawabnya, yang lalu berbalik arah menghadapku
“ Maaf ustadz. . . .!!! Ustad rizal ada? “ tanyaku tanpa ragu.
“ Wah. . . .  Ustadz Rizal 2 jam yang lalu sudah berangkat, katanya sih mau pergi ke Banyuwangi, ia harus melanjutkan mengurus pesantren ayahnya di sana !!! Oia. . . . ini ada titipan surat darinya, buat Nurbaiti !! kamu Nurbaiti kan. . . . ??!!! “ jelasnya.

Aku pun segera mengambil dan membacanya tanpa ragu.
***

Sebelumnya saya minta maaf, karna tak sepantasnya saya melakukan hal ini, namun karna suatu keadaan yang memaksa saya berani untuk melakukannya,
Wahai murid ku maaf kan aku yang telah berani memasuki kehidupanmu yang telah membuat kekacauan dalam hati mu yang telah berani mengusik mu
Ku beranikan tuk mengatakan ini Karna ku tahu dengan sebuah rasa yang hingga kini kau pendam, membuatmu terbelenggu,
Aku tahu itu, lewat tingkah mu, raut wajah mu dan tutur kata mu membuat ku yakin dengan apa yang hingga kini kau rasakan!!!
Wahai muridku percayalah dengan zat yang maha berkuasa. . . . Kelak kau kan dapatkan yang lebih baik lagi, percayalah. . . .!!!
Karna Tuhan mu adalah zat yang maha adil Percayalah. . . . dengan semua kebaikan yang kau miliki akan mengantarkan mu ke gerbang yang ingin kau tuju.
Namun. . . . dibalik semua itu, dahulukanlah cintamu pada Rabb mu !!! karna ialah zat yang lebih mencintaimu, dari sekian banyak makhluk yang ia ciptakan !!!
Dan. . . . jika Ia menghendaki aku kelak, aku akan mencoba mencari untuk mendapatkan mu. . . .
Yakinlah dengan segala kuasa Nya . . . .!!!

***
Sunyi sepi kini yang ku rasa. . . .
Hanya penyesalan yang kini menyelimuti ku, terdiam dengan apa yang seharusnya aku lakukan.
Namun. . . . semua ini tidak membuatku jera, untuk mencari cintaku pada Rabb ku, karna cinta Rabb ku lah yang paling kekal dan sempurna, dan kini akan terus ku coba tuk merangkai cintaku pada Rabb ku.

***

MAWAR....

MAWAR,,,,
Oleh : Faozah Nurlaela

Untuk setangkai bunga mawar terindah yang pernah singgah dan bersemayam di hati. . . .
Hanya untuk kau seorang. . . .
Mawarku. . . . ku yakin kau tau betapa besar cintaku bersemayam jauh di lubuk hatiku hanya untukmu, cintaku begitu dalam, sedalam ruh yang bersembunyi dalam jasadnya, tak kasap oleh mata.
Mawarku. . . . tulusnya cintaku bagaikan sungai nil yang terus mengalir mengairi bentangan tanah tandus di padang pasir, namun. . . .
Biarkan cintaku pergi terhembus angin lautan dan membawa bayang semu mu. . . . cukupkan cintamu hanya untuknya, sang pemilik cinta kasih dalam hidup duniamu. . . .
Biarkan cintaku bersembunyi dalam derasnya ombak yang bergelombang. . . . terhempas dan terjatuh. . . . jadilah mawar paling terindah dalam duniamu kini. . . .
Fadil,,
***
Semuanya seakan tak perdulikan ku, melepasku begitu saja. . . . dan kaupun seakan tak mengerti tentang semua rasa yang bergejolak dalam dada, seakan ukiran tanganmu menghempaskan ku sehancur-hancurnya. . . . cintaku mulai pupus rapuh tak berdaya. . . . tak adakah satu pijakan mencoba tuk menyanggah ketakberdayaanku kini. . . .?? kau sirna, melepaskanku begitu saja. . . .
Tuhan. . . . kini hatiku bimbang terombang-ambing. . . . cukupkan semua takdir hanya kepada-Mu. . . . jika ia adalah yang terbaik bagiku kini dan nanti, jangan biarkan hati ini merasa hancur sehancur-hancurnya. . . .
Tuhan tunjuklah satu bintang di malam ini, buat aku tersenyum walau sesaat, yakinkan hati ini dengan segala curahan kasih-Mu, biarkan tangis ini menjadi sebuah saksi bahwa esok aku dapat tersenyum kembali bersama bintang pijar yang baru. . . .
“mawar. . . . !!! ini gaun-gaun besok yang harus kamu pakai!! Cepatlah tidur. . . .!! karena Ibu tidak ingin melihat kamu sakit di hari paling bersejarah untukmu nanti . . . . cepatlah tidur sayang. . . .!!” putusnya dan mengecup hangat keningku.
“iyya Ibu. . . .!!” ku ukir senyum dalam perihku, melepas bayangnya dari ambang pintu.
 Indahnya senyum terekam jelas dari wajah kebahagiannya, membuatku semakin rapuh jika harus mengecewakannya. . . .
Tuhan. . . . biarkan hati ini sakit, jika senyum surga dapat ku ukir pada bibir manisnya untuk kini dan nanti. . . .
***
“mawar sayang. . . . cepat nak. . . . akad akan segera dimulai!!!” jemput ibuku dari ambang pintu.
“ayo nak. . . . mari sayang kita turun!!!” hangat tangannya merengkuh tubuhku dalam balutan indah, mendamparkanku dalam kegalauan batin.
“ayo. . . . duduk mawar. . . . tunggu apa lagi?!” pecahnya dalam keheninganku.
“apakah sudah siap semuanya. . .?! baiklah kita mulai saja akadnya. . . . bismillahirrohmanirrohim. . . . saya nikahkan ROMI WIJAYA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .!!!!!!”
“Sahh. . . .??!” singkat kalimat akhirpun terucap.
“saaahhhh. . . .!!!!!” deru suara yang menyeruak menimpali.
Kecupnya hangat di keningku. . . . semoga Tuhan, memberi yang terbaik sampai nanti. . . .
***
Malam ini seakan asing bagiku, sosoknya begitu mengganjal dalam hidupku. . . . Tuhan. . . . maafkan aku, bukan maksud mulut ini tak ingin berkata, namun sungguh sulit hati ini tuk mencoba. . . . semoga dirinya dapat mengerti.
“mawar. . . .!!!” katanya lembut mengejutkan hatiku, menatapku padam. . . .
“istirahatlah. . . .!! jangan sampai rasa lelah membuatmu sakit esok. . . .!!” sambungnya dan berlalu dari hadapanku.
Akupun menatapnya dalam hening, yang berlalu begitu saja. Biarkan kali ini hati ini berontak, tanpa harus selalu menuruti. . . .
Malam semakin pekat, namun tidurku tak dapat larut dalam buaian mimpi, sosoknya masih menghantui fikiranku .
Tuhan. . . . adakah yang ku cinta kini memikirkan aku??! Keluhku dalam resah. . . . ku buka mataku dalam pejaman tidur, mendengar reotan suara pintu seakan mengusik kenyamananku. . . . sosoknya tenang memasuki.
“belum tidur. . . .??!” katanya lagi dengan lembut.
“belum . .!” jawabku singkat.
“kenapa. . . ?!” suatu pertanyaan bodoh, yang ku fikir tak perlu tuk ku jawab, akupun hanya diam menatap sosoknya menghampiri.
“mau dengerin cerita. . .?!” satu kata lagi yang keluar dari mulutnya, seakan mengejek ku.
“bukan. . .!! bukan, maksudnya aku punya cerita seru, siapa tahu kamu ingin mendengarnya. . . . !!” katanya seakan dapat membaca raut kekesalanku
Malam semakin pekat. . . . angin semakin menusuk. . . . hening semakin sendu. . . . suaranya satu terdengar lembut, mendayu mengukir mimpi dalam lelap tidurku. . . .
***
“Romi. . . . dimana istrimu nak??!” suara itu tiba-tiba mengusikku dari lelap tidurku, akupun terperanjak bangun dari tidurku, ku buka pintu kamarku, tercengang di ambang pintu. . . . melihat sosoknya tenang menghidangkan beberapa makanan di atas meja bersama Ibuku.
“masih tidur Bu. . . . mungkin ia lelah. . . .!!” jawabnya menatap Ibuku lembut.
“ooh. . . . kamu tidak pergi dinas hari ini Rom. . .?!”
“enggak Bu kan masih cuti. . . mungkin dua atau tiga hari lagi aku langsung dinas keluar kota.” Jelasnya.
“looohhh. . . .!! terus Mawar hendak kau ajak??!” spontan Ibuku dengan raut wajah yang nampak kaget.
“kalau Romi sih terserah Mawar saja, kalau Mawar mau ya nanti Romi ajak, kalau enggak juga Romi gak maksa, kan disini masih ada Ibu yang bisa temenin Mawar  nanti.” Katanya seakan luluhkan hati ini.
“Ibuu. . . .!!” akupun berdiri di hadapan mereka, seakan mengacaukan pembicaraan.
“Mawar. . . .!!  kamu itu bagaimana sih?! Bukannya bangun lebih awal, hormati suamimu. . . .!!” deretan kata menyerbuku pagi ini, akupun merengutkan keningku kesal. . . .
“sudah lah Bu. . . . mungkin Mawar masih lelah, dan belum terbiasa, aku bisa ngerti kok Bu. . . .!!” katanya lagi seakan goyahkan hati ini.
“yah sudah, besok kamu harus berubah Mawar. . . . belajar agar terbiasa. . . . hormati suamimu. . . .!!” ucapnya lagi nampak menasehati dengan kekesalannya.
“Mawaar. . . . mandilah dulu kau sayang, biar aku dan Ibu yang menyiapkan hidangannya, lagi pula sebantar lagi selesai kok. . . .!!”
Sayang. . . . akupun menatapnya aneh, seakan ingin ku keluarkan kata-kata itu dari kedua telingaku, ku tinggalkan bayangnya tanpa ragu, menepis sedikit rasa kesal  yang menghampiri.
***
Bayangnya seakan tak pernah padam menghampiri sepiku, menghamparkan berjuta kenangan yang tak dapat terobati lagi, menggores luka dalam hati. . . . namun tak bisa ku pungkiri, sosok baru seakan memaksa menerobos ruang hatiku saat ini. . . . di saat hati ini rapuh dan kehilangan . . . .
“ehhem . . . .!! sendirian saja neng. . . . !!!”sosoknyapun menghancurkan lamunanku sesaat.
“nih aku buatkan teh hangat. . . .!!” tawarnya yang menyodorkan secangkir teh kecil dari hadapanku.
“kenapa. . . .??!” tanya tanpa ragu.
“maaf. . . . aku lagi malas ngomong!!!” jawabku mengelak untuk berkata.
“ouuuwhh. . . . . yah sudah, diminum yah tehnya. . . .!!!” tangannya hangat mengelus lembut rambutku, dan berlalu dengan hati yang nampak pilu . . . . sungguh dapat ku rasakan itu, tuk kesekian kalinya, (maafkan aku. . . .) desah ku lirih dalam hati.
***
Kini malam begitu kelam dinginnya begitu menusuk, ku tatap wajahnya dalam hening. . . . yang kini terbaring pilu disampingku. Sungguh begitu dewasa. . . . menyikapi sagala tingkah yang ku perbuat terhadapnya, namun. . . . mengapa harus seperti itu. . . .?! membuat hati ini semakin luluh dan tersentuh. . . . hingga bingung menyikapi hidup, mengapa kau harus pilih aku. . . .?! wanita yang tak pernah memberi berjuta cinta di hidupmu, hanya terus melukai . . . . tangisku pecah dalam sunyi, membasahi wajah ini, menatapnya penuh hilaf dan salah. . . . hangat ku sentuh wajahnya sepi dalam tidurnya . . . . (maafkan aku . . . . ) lirih kataku dalam hati.
Tuhan. . . . ajari aku untuk mencintainya . . . . ajari aku untuk menghargainya. . . . jangan biarkan hati ini merasa angkuh untuk bisa mencintainya. . . . izinkan aku tuk bawakan surga cinta terindah untuknya kini dan nanti.
***
“Mawar sayang. . . .!!!” lembut tangannya membelai rambutku, ku buka pejaman mataku seketika.
“lekaslah kau mandi, aku sudah siapkan sarapan untuk kita. . . . aku tunggu yah!!” senyumnya lepas meninggalkanku.
Tuhan. . . . hingga hari ini pun aku belum bisa melakukan yang terbaik. . . . maafkan aku Tuhan. . . .
Akupun segera menghampirinya dalam duduk, sedetik setelah aku mandi. Ku hampiri sosoknya tanpa ragu, yang nampak pekat menatapku hangat.
“emmm’. . . . maaf. . . .!!” kataku tertahan.
“uussst. . . . kita makan yuk!!!”potongnya, tak mempersalahkan keadaan, membuatku semakin bersalah.
 Ku tatap wajahnya yang begitu tenang teduhkan hati ini. . . . Tuhan, apakah kini aku mulai menyadari, begitu tulusnya cinta yang ia miliki, tanpa ada sedikitpun paksaan dan kepentingan.
“Mawar. . . . !!” katanya mengejutkan fikiranku, Ku tatap wajahnya tuk sampaikan isyaratku.
“aku. . . . aku akan pergi untuk beberapa hari menjalani tugas dinasku di Kalimantan, aku harap kau baik-baik disini, Ibu akan menemanimu untuk beberapa hari. . . . baik-baik sayang. . . . aku mencintaimu. . . .!!” sambungnya menatapku hangat, tanpa ada sepatah dua patah kata ajakan bersarang dari mulutnya, ku tatap sosoknya padam, dan berharap kata itu terlontar.
“aku pergi. . . .!!” katanya yang beranjak dari hadapanku, tanpa ada sedikit kata yang ku harap terlontar dari mulutnya.
“Rom. . . .!!” akupun memanggilnya lirih,menghampiri bayangnya di ambang pintu, padam ia pun menatapku kosong dalam keanehan. Ku kecup keningnya hangat tanpa ragu, melepas kepergiaannya.
“hati-hati. . . .!!” kataku lirih.
Senyum syahdu terukir indah dari bibir manisnnya, mengantarkan bayangnya  yang lenyap dari hadapan mata.
***
Sepiku tak berujung. . . . menelan kisah yang sudah-sudah. . . . harus berapa lama lagi aku menunggu, diatas rindu yang menggebu-gebu. . . . merasakan akan arti hadirnya yang lalu-lalu, begitu sulit untuk mempersalahkan keadaan, karena hati terkadang sulit untuk di mengerti. Namun, rasa cinta ini datang begitu saja, menggebu-gebu dalam dada. . . . sedang apakah ia di sana??! Rasa khawatirpun datang menyelimuti. . . . rasa takut kehilangan. . . .
Tuhan. . . . tolong jaga rasa ini untuknya. . . . hanya untuknya.
“Mawar. . . . sedang apa kau nak?! Tak baik terus melamun seperti itu!! Kenapa kau sayang. . . .?!” Ibupun datang menghampiri, seakan slalu memperhatikan tingkah anehku akhir-akhir ini.
“Mawar. . . . Mawar kangen bu sama mas Romi. . . .!!” kataku tertahan, menahan gejolak jiwa, namun dekapnya hangat merengkuh tubuhku.
“kapan mas Romi pulang yah Bu. . . .?!” sedikit tanyaku lucu, mengukir senyum mungil Ibuku.
“mengapa kamu aneh toh nduk. . . .?! coba saja telpon, lalu tanya kapan Romi pulang!!” katanya menatapku dengan senyum yang masih membekas indah.
“emm’. . . . Mawar malu Bu. . . . Mawar gengsi. . . .!!!” jawabku lugu menerawang sepi.
“kenapa juga mas Romi gak telpon Mawar?! Mas Romi lupa yah Bu sama Mawar?!” tanyaku lugu dengan rasa kekhawatiran.
“loohh. . . . kok gitu si nduk ngomongnya. . . . .!!!” iapun segera menekan hitungan angka di hand phonenya yang kemudian menyodorkannya kepadaku.
“yah hallo. . . . ibu. . . . gimana kabarnya bu. .?! maaf Romi belum sempet kasih kabar sama ibu, gimana kabarnya bu. . . .?!” akupun terpaku sepi, terdengar suaranya hangat mendayu dalam kalbu. . . .
“hallo ibu. . . . hallo. . . .??!” katanya lagi menuggu jawaban.
“hallo. . . .!” kataku tertahan sepi.
“ma. . Mawar. . . .!!!!” terdengar suaranya syahdu bahagia dari balik hand phone ku, terbata-bata. . . .
“gimana kabarnya mas Romi. . . .??!!!!!” kataku menahan segala rasa yang bergejolak
“baik. . . . syukur aku baik-baik saja. . . .!!” jawabnya tanpa sedikit tanya tentangku
“gimana ibu. . . .???!” katanya dari sebrang seakan acuhkan ku. . . .
“looohhh. . . . kok ibu. . . .????! akunya enggak. . . . !!!!!!” kesalpun tersirat dalam hatiku.
“ehh. . . . iyya lupa. . . . kan maksudnya, gimana dengan kabarnya bu Mawar. . . .??! hhehehhe. . . .!!” suaranya seakan teduhkan hati ini, tawanya lepas hiasi batin.
“eu. .euuhhh. . . . kok gituuu. . . .??!!” suaraku kesal.
“looohh. . . . kok gitu gimana. . . .????!!!” suaranya terdengar panik.
“hhe. Iyyah. . . . kan aku ibu ROMI WIJAYA, sekarang. . . . . hhahaha!!!” jawabku nyeleneh.
“ouuwh gitu yah. . . .??!” singkat pertanyaannya terdengar, namun mengesalkan batin.
“iihhhhh. . kok gituu. . . .???! hheuhhhh.!!!” Kata ku tertahan.
“hhehehheh. . . . kenapa. . . .??! kangen yah????!!!” tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Akupun terdiam sepi tak ada jawaban. . . .
“halloo. . . .????!!! ibu ROMI WIJAYA. . . . .!!” Sambungnya, mengukir senyum di bibirku.
Candapun tertuang hangat, seakan mengobati rasa rindu yang menggebu-gebu . . . . hangatkan sebuah suasana kalbu.
“kapan mas Romi pulang. . . .??!” tanyaku menuju inti pembicaraan.
“belum tau, ini juga sedang diusahakan. . . .!!” jawabnya membingungkan.
“ouuwhh. . . .!!” jawabku putus dalam asa.
“kenapa. . . .???!  kangenkaaannnn. . . . .!! hayyo ngaku. . . . .???! hhahhahahahh. . . .!!” tawanya lepas seakan menutupi rasa malu, namun sesaat hening tak ada suara. . . . . . . . NNGGEEEEKKKK. . . . .BBRRRAAAAAKKKKKKK. . . . . . .!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! tuut. . . . tuut. . . . tuut . . . .tuut. . . . tuut. . . .tuut. . . . .!!
Tanyaku sepi dalam pilu kekhawatiran batin. . . . .
“hallo. . . .halloo. . . . hallooo. . . . mas Romiii. . . . . . . . . .!!!!” tak ada jawaban yang dapat ku dengar.
***
Sore ini nampak kelam, sekelam hati ini yang semakin galau tak menentu. . . . selang waktu yang terus berputar, berita duka mengantarkan luka dihatiku. . . . setelah tawa merekah indah dari mulutnya. . . . setelah rindu seakan musnah oleh candanya. . . . ku tatap wajahnya pilu tak ada jawaban, kuraih tangannya lemah tak berdaya, terselip dihati. . . . apakah semua ini salahku. . . .????!!
Salahku seakan menghantui. . . . pojokkan ku semakin dalam. . . . ku genggam tangannya tanpa henti, tak ingin sedetik saja terlepas. .  . . dalam hati berbisik,Tuhan. . . . tolong dia. . . .!!!
Putaran waktu terus berjalan, namun tak ada jawaban. . . . sosoknya masih saja mengundang iba dalam batin. . . . terbujur lemah tak berdaya. . . .
“Mawar sayang. . . . istirahatlah dulu, biar ibu yang tunggu Romi. . . .!!” katanya lembut menatapku tabah.
Namun, tak sepatah katapun keluar dari bibir ini, hanya mengangguk dan berlalu untuk meninggalkannya sejenak. Ku basuh wajah ini dengan balutan do’a, bersimpuh dan memohon atas segala kasih dan sayang pengampunannya untuk segalanya yang telah terjadi. . . . Tuhan tolonglah hamba-Mu yang lemah ini. . . .
Derai kalbupun belum sempat kering di pipi, namun seru terdengar ibu memanggil namaku lirih. . . .
“Mawar. . . . Mawar sayang. . . .!!
Ragakupun seakan goyah menghampiri penuh gejolak. . . . kutatap wajahnya yang masih berbaring lemah tak berdaya, namun matanya mencoba tuk menerobos dunia. . . .  raga ini tak kuasa terperanjat syahdu dalam tangis. . . . ku peluk tubuhnya erat tanpa ragu. . . . lemah tak berdaya, dalam hati berbisik (semoga Tuhan, tak akan memisahkan kita. . . .)
“ma. . Mawar. . . .!!” katanya lirih, mencoba menatapku.
“uusssttt. . . . .!!! tak ada yang perlu kau ucapkan dan kau takuti. . . .!” tatapku hangat dalam sendu.
“karena aku ada, hanya untuk kamu. . . .!!!! aku sayang kamu. . . .!!!” kata ku lepas, mencium hangat keningnya. . . . darai tangis tertuang dalam syahdu, seakan menjadi obat dalam rasa.
***